Tanamkan Kearifan Lokal Lewat Cerita Rakyat

Setelah terhenti 6 tahun
sejak 2018, Teater Bel
Bandung kembali menyelenggarakan Festival Teater Musikal Remaja (FTMR) antarSMA/SMK/sederajat se-Jawa
Barat.
Diselenggarakan sejak 2011
dengan nama semula Festival
Drama Muskal (FDM), FTMR ke8 ini akan berlangsung 20-25
Agustus 2024, dengan diikuti 25
kelompok teater sekolah di Jawa
Barat.
Namun, sebelum festival
dihelat, panitia telah menyelenggarakan Workshop & Technical
Meeting FTMR, 27-28 April 2024
lalu, diikuti perwakilan dari
masing-masing peserta.
Berlangsung di Sanggar Teater
Bel, Jalan Ir H Djuanda, Bandung, workshop FTMR ini melibatkan narasumber yang nantinya
bertindak sebagai juri yaitu Embie C Noer, Ismet Ruhimat, dan
Erry Anwar. Mereka memberikan
materi tentang definisi drama/-
teater musikal, juga konsep dan
proses penggarapannya.
Teater musikal, sebagaimana
dituturkan Embie C Noer dan Erry Anwar adalah bentuk pertunjukan teater yang memadukan
nyanyian, dialog lisan, akting, dan
tari. Cerita dan isi emosional dari
sebuah musikal --humor, kesedihan, cinta, kemarahan-- dikomunikasikan melalui kata-kata,
musik, gerakan, dan aspek teknis
hiburan sebagai satu kesatuan
yang terintegrasi.
Menurut Ismet Ruhimat, dalam
pertunjukan teater yang menyajikan konsep drama musikal, tentu musik berada di garda depan
sebagai identitasnnya.
Secara praktikal, cerita maupun
karakter pemeran dalam konsep
pertunjukan ini tentu dituntut
gagasan yang mengacu pada objek-objek musik. Konteks cerita
mengacu pada hampir keseluruhan aspek musikal.
Selain bicara tentang konsep,
Erry Anwar lebih menekankan
pada kriteria penilaian yang
mengacu pada penilaian kelompok/grup (pertunjukan drama
musikal terbaik dan lagu tema
terbaik) serta perorangan (sutradara, pemeran, penata musik,
koreogafer, penata artistik).
Penilaian akan ditekankan pada
inovasi dan gagasan meleburnya
seni peran dan kualitas musikalitas pada pertunjukan drama musikal.
Musik dan seni peran memiliki bobot yang sama sehingga
melebur.
Menurut Ketua Pelaksana
Sudiyanto, workshop FTMR ini
bertujuan untuk menyamakan
persepsi mengenai konsep teater
musikal yang difestivalkan oleh
Teater Bel, agar peserta mendapatkan gambaran yang jelas apa
yang dikehendaki oleh penyelenggara dan juri.
Festival teater musikal yang
didukung Dana Indonesiana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP) ini, seperti pada penyelenggaraan FDM/FTMR sebelumnya, masih mempertahankan
nilai-nilai kelokalan untuk
menguatkan budaya Nusantara.
Naskah yang ditawarkan penyelenggara untuk dipilih peserta
pun diangkat dari cerita rakyat
atau legenda Jawa Barat yaitu
Baridin dan Ratminah (legenda
Cirebon, naskah Yusef
Muldiyana), Mundinglaya (cerita
rakyat Sunda, naskah Asep Budiman), Siluman Buaya Putih
(legenda Jatigede, Sumedang,
naskah Hermana HMT), Putri
Ratna Pandan Kuning (legenda
Telaga Remis, Kuningan, naskah
Agustina Kusuma Dewi), Kian
Santang dan Dewi Rengganis
(legenda Situ Patengan, Pangalengan-Bandung Selatan,
naskah Rosyid E Abby), dan
Prabu Boros (legenda Situ
Lengkong Panjalu, Ciamis,
naskah Dhipa Galuh Purba).
“Mudah-mudahan pemerintah
terus mengawal kegiatan ini. Festival teater musikal harus terus
dikembangkan dan difasilitasi
karena penting untuk membangun kebersamaan, menumbuhkan
kreativitas dan mengasah kepekaan pada keindahan. Secara
tematis pun festival ini sangat
ideal, untuk memperkenalkan
kearifan lokal kepada remaja
lewat pertunjukan teater, terutama teater musikal, sehingga
mereka tahu dan menghargai
budayanya sendiri, ujar Embie C
Noer. ***
Sumber: Khazanah PR
Penulis: Rosyid E Abby
Foto: Hikmat Ap